
BANDAR LAMPUNG, duajurai.co – Gerimis baru saja reda. Lelaki berambut putih melintas di Jalan dr Harun 2, Bandar Lampung, kemarin. Tangan kirinya memanggul karung yang tampak kumal. Sedangkan tangan kanan memegang sebatang besi.
Pria bercelana pendek itu Zainal Abidin (55). Ia seorang pemulung. Saban hari, ayah empat anak itu menyusuri jalanan di Kota Tapis Berseri. Ia mengais rezeki dengan mencari barang bekas. Bila sudah terkumpul, rongsokan tersebut dijualnya kepada pengepul.
“Saya sudah enam tahun begini (memulung), dari jam tujuh pagi sampai magrib. Sebab, saya tarawih pada malam hari. Biasanya, saya keliling cari rongsok di kawasan Kedamaian, Tanjung Gading, Universitas Tulang Bawang (UTB) hingga Rawa Laut. Saya pernah dapat satu kilo. Itu campuran ember, gelas plastik dan botol. Rongsokan tersebut cuma dihargai Rp2.300. Kalau lagi rezeki ya bisa dapat Rp30 ribu per hari,” kata Zainal.
Lelaki yang pendengarannya mulai berkurang itu mengaku terpaksa memulung. Sebab, ia ingin menyekolahkan anaknya. Sedangkan sang istri hanya buruh cuci harian. Itu sebabnya, Zainal tetap banting tulang demi keluarga.
“Anak saya yang bungsu baru masuk SMP. Sedangkan tiga lagi sudah bekerja. Butuh biaya banyak untuk daftar ulang. Ya mau bagaimana lagi, istri saya tukang cuci di rumah orang,” ujarnya.(*)
Liputan Puasa Sang Duafa merupakan kerja bareng 9 Naga Group dengan duajurai.co. Setiap narasumber akan menerima santunan dari 9 Naga Group.
Laporan Rudi Virgo