
Dr Andi Desfiandi SE MA | Ketua Yayasan Alfian Husin | Mantan Rektor IBI Darmajaya
BEBERAPA tahun terakhir pariwisata di Indonesia menggeliat dengan cukup signifikan. Fenomena ini bukan semata karena pemerintah pusat menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber ekonomi unggulan. Kondisi tersebut juga sebagai dampak positif munculnya kesadaran pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat akan pentingnya pariwisata sebagai sumber ekonomi daerah yang potensial.
Dalam tulisan ini saya hanya akan mengulas sedikit mengenai konsep desa wisata atau desa kreatif. Sebabnya, konsep ini juga sudah mulai banyak dilirik pemda dan masyarakat.
Desa wisata tidaklah harus memiliki kekayaan alam atau objek wisata alam yang indah. Yang lebih utama adalah creating value dengan cara creating uniqueness. Dengan kata lain desa tersebut harus menciptakan nilai lebih dengan keunikan yg dimilikinya.
Misalnya sebuah desa yang masih memegang teguh adat istiadatnya bisa dijadikan keunikan dan nilai lebih kepada wisatawan. Atau misalnya desa yang masih memiliki arsitektur rumah khas asli dan terawat. Bisa juga penduduk setempat memiliki tradisi gotong royong atau kekhasan dalam bertani.
Contoh lain, desa dengan tradisi budaya yang masih rutin dilakukan, termasuk tari-tarian, nyanyian, musik, dan budaya lain yang khas. Bisa berupa desa yang menjaga kebersihan dan kelestarian alamnya. Bisa pula desa yang memiliki tradisi membuat kerajinan khas daerah atau makanan khas daerah, dan lain sebagainya.
Langkah selanjutnya, desa dengan kualifikasi dan nilai plus seperti contoh-contoh di atas harus segera berbenah mempersiapkan diri menjadi desa wisata atau desa kreatif. Yang perlu dilkukan antara lain mengedukasi dan melatih penduduk serta pelaku-pelakunya tentang kepariwisataan, meningkatkan kualitas keunikan desa, memperbaiki sarana prasarana desa, dan menyiapkan akomodasi yang layak dan bersih.
Selain itu, menyiapkan rumah-rumah santap khas daerah, menyiapkan transportasi lokal yang juga unik (andong, becak khusus, sepeda ontel, atau bajaj yang dimodifikasi namun ramah lingkungan), menyiapkan pusat informasi desa serta petunjuk-petunjuk jalan yang jelas. Juga penting untuk bekerjasama dengan pemda serta travel biro, menyiapkan portal khusus, dan sebagainya.
Hal lain yang lebih krusial adalah kemudahan wisatawan mencapai desa wisata tersebut dari dan ke bandar udara, stasiun, jalan raya, dan pelabuhan. Jangan sampai wisatawan tersasar atau merasa tidak nyaman karena jalan yang rusak menuju lokasi. Setidaknya mereka harus mudah mencapai jalan besar sebelum menuju desa wisata. Dari jalan besar mereka bisa menggunakan andong, sepeda ontel, becak khusus atau bajaj modifikasi.
Sudah banyak desa yang menjadi tujuan wisata nasional maupun mancanegara di Indonesia. Mereka sukses membangun desa wisata dan kunjungan wisatawan terus meningkat. Pada akhirnya, bukan hanya pemerintah yang mendapatkan dampak positif, tetapi tentunya penduduk setempat juga yang paling menikmati kemajuan desanya secara ekonomi.(*/bersambung)